Dalam kehidupan sehari-hari, sudah pasti kita bercanda. Tidak jarang
bahkan sering kebanyakan orang menjadikannya sebagai hobi. Alasan
tersering orang becanda yaitu bisa merefresh pikiran yang seharian
mungkin dipakai utk berfikir.
Tapi, bercanda bolehkah dalam islam ? Bercanda dlm islam tentu saja
diperbolehkan. Dalam Islam, hukumnya mubah (boleh). Bahkan Rasululloh
SAW pun pernah mengerjakannya dengan para sahabat beliau.
Dari Abu Hurairah, bahwa para shahabat bertanya, ”Wahai Rasululloh,
sesungguhnya Anda telah mencandai kami.” Rasulullah saw menjawab,
“Betul, hanya saja aku selalu hanya mengatakan yg benar” (HR Tirmidzi)
Bercanda ala Rasululloh SAW :
Dari Anas ra meriwayatkan, ada seorang laki-laki meminta Rasululloh agar
membawanya di atas unta. Rasululloh bersabda: ”Aku akan membawamu di
atas anak unta”. Orang tadi bingung krn ia hanya melihat seekor unta
dewasa, bukan anak unta. Lalu Rasululloh berkata: “Bukankan yang
melahirkan anak unta itu anak unta juga?” (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).
Ternyata Rasululloh pandai bercanda jg ya ^^
Walau demikian, bercanda ala Rasululloh yaitu yg mengandung kebaikan.
Sedikit pun tidak mempunyai makna yg kurang baik, tidak berlebihan, dan
tidak menyinggung suatu kaum. Maka yg seperti itulah bercanda yg
dianjurkan dlm Islam.
Adapun adab-adab bercanda dalam Islam, yaitu :
1. Tidak mempermainkan ajaran Islam
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan),
tentulah mereka menjawab: “Sesungguh-nya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya
dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta ma`af,
karena kamu kafir sesudah beriman”. (QS. At-Taubah: 65-66).
Termasuk contohnya adalah pengucapan assalamu’alaykum yg sering dibuat-buat, dll. (nah lho…)
2. Tidak berdusta
“Sesungguhnya tidaklah aku berbicara kecuali yang benar” (HR Tirmidzi).
“Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa,
celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Nau’adzubillah..
3. Tidak menyakiti hati (mencela)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mencela sebagian yang
lain, karena boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari yang mencela”
(QS. Al-Hujurat:11).
4. Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, tapi jgn berlebihan meskipun niatnya bercanda.
“Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya,
baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
5. Jangan sampai menjatuhkan harga diri orang
6. Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda.
“Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya,
baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
7. Hindari perkara yang dilarang Alloh Azza Wa Jalla saat bercanda.
Semoga kita semua termasuk orang yg beradab dalam bercanda sesuai aturan Islam. Aamiin..
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”. (QS Al Baqarah :15)
BEBERAPA CONTOH CANDA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
1. Anas Radhiyallahu ‘anhu menceritakan salah satu bentuk canda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanggilnya dengan sebutan:
يَا ذَا الاُّ ذُ نَيْنِ
Wahai, pemilik dua telinga! [3]
2. Anas Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, Ummu Sulaim Radhiyallahu ‘anha
memiliki seorang putera yang bernama Abu ‘Umair. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang.
Pada suatu hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
mengunjunginya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih.
Mereka berkata: “Wahai, Rasulullah! Burung yang biasa diajaknya bermain
sudah mati,” lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bercanda
dengannya, beliau berkata:
يَا اَبَا عُميرٍ مَا فَعَلَ النُغَيْرُ
“Wahai Abu ‘Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?” [4]
3. Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu bercerita, ada seorang pria dusun
bernama Zahir bin Haram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat
menyukainya. Hanya saja tampang pria ini jelek.
Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya
ketika ia sedang menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari belakang, sehingga ia
tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Haram pun berseru: “Lepaskan aku!
Siapakah ini?”
Setelah menoleh iapun mengetahui, ternyata yang memeluknya ialah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka iapun tidak
menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya
ini?”
Dia menyahut,”Demi Allah, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika demikian aku tidak akan laku dijual!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas: “Justru di sisi Allah l engkau sangat mahal harganya!” [5]
4. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya seorang
laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata:
“Wahai Rasulullah, bawalah aku?” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Kami akan membawamu di atas anak onta.” Laki-laki itu
berkata: “Apa yang bisa aku lakukan dengan anak onta?” Maka beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Bukankah onta yang melahirkan
anak onta?” [6]
5. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering kali bercanda dan menggoda Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
Suatu kali beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: “Aku
tahu kapan engkau suka kepadaku dan kapan engkau marah kepadaku,” Aku
(‘Aisyah) menyahut: “Darimana engkau tahu?” Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam berkata: “Kalau engkau suka kepadaku engkau akan mengatakan,
‘Tidak, demi Rabb Muhammad,’ dan kalau engkau marah kepadaku engkau akan
mengatakan, “Tidak, demi Rabb Ibrahim”. Aku (‘Aisyah) menjawab: “Benar,
demi Allah! Tidaklah aku menghindari melainkan namamu saja.”[7]
6. Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menceritakan: “Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan al-Hasan
bin Ali Radhiyallahu 'anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia
segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” [8]
Semoga dengan tulisan ini kita bisa mengetahui kedudukan bercanda dalam
pandangan Islam, mengetahui canda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan batasan-batasan yang dibolehkan dalam bercanda. Sehingga kita
dapat membedakan antara bercanda yang dibolehkan dan yang tidak
dibolehkan.
0 komentar